Tuliskan Angka Romawi 78

Tuliskan Angka Romawi 78

dalam Angka Romawi

Tujuh Puluh Delapan sebagai Angka Romawi

Wikimedia Commons memiliki media mengenai

SMP Budi Utomo Perak Sabtu, Maret 18 2017 Artikel 32,003 Views

Dalam pelajaran matematika biasanya di ajarkan juga angka-angka romawi untuk siswa, penulisan angka romawi mempunyai cara sendiri yang cukup unik untuk di pelajari.

Adapun penulisan angka angka romawi bisa di simak penjelasan singkat saya berikut ini :

Untuk detailnya bisa di lihat pada tabel berikut ini :

Cara mudah untuk menuliskan angka yang besar dalam angka Romawi ialah dengan menuliskan ribuan terlebih dahulu, ratusan, puluhan kemudian satuan. serta dalam penulisannya sisi kiri adalah pengurangan dan sisi kanan penjumlahan. misal bisa di lihat contoh penulisan angka romawi berikut :

XCVII = mempunyai arti 97 dengan rincian X = 10, C = 100, VII = 7 jadi untuk menulis 90 adalah XC

contoh lain lagi ; penulisan angka 2013 adalah MMXIII

https://youtu.be/_2m2HolOCAQ

ا لسلام عليكم ورحمة الله وبر كاته Bapak Ibu yang berbahagia, kami mewakili Yayasan Pendidikan …

Angka Romawi atau Bilangan Romawi adalah sistem penomoran yang berasal dari Romawi kuno. Sistem penomoran ini memakai huruf Latin untuk melambangkan angka numerik:

Untuk angka yang lebih besar (≥5.000), sebuah garis ditempatkan di atas simbol indikator perkalian dengan 1.000.

Angka Romawi sangat umum digunakan sekarang ini, antara lain digunakan di jam, bab buku, penomoran sekuel film, penomoran seri event olahraga seperti Olimpiade.

Di dalam bahasa Indonesia, angka Romawi digunakan untuk penulisan bilangan tingkat, contoh abad XX (abad kedua puluh) dan Perang Dunia II (Perang Dunia Kedua).

Penulisan pada angka romawi memakai empat macam jenis cara yaitu:

Dalam sistem pengulangan, tidak semua Angka Romawi dapat ditulis ulang. Angka Romawi yang bisa diulang antara lain I, X, C, dan M. Sedangkan Angka Romawi yang tidak dapat diulang antara lain V, L, dan D. Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh berikut ini.

Dari contoh tersebut, jelas bahwa setelah tiga kali pengulangan tidak akan diulangi kembali untuk kali keempat.

Jika angka romawi yang lebih kecil ditulis didepan angka yang lebih besar ini artinya sistem pengurangan. Pengurangan yang demikian ini hanya dapat dilakukan satu kali. Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh di bawah ini.

Jika bilangan romawi yang bernilai sama atau lebih kecil ditulis dibelakang bilangan romawi yang lebih besar ini artinya penjumlahan.

Dalam hal ini, penjumlahan hanya dapat dilakukan maksimal tiga kali. Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh beri 19 011995

Selain dengan menggunakan sistem pengurangan dan sistem penjumlahan, terdapat sistem lain yaitu gabungan antara sistem pengurangan dan sistem penjumlahan. Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh di bawah ini.[1]

XIV = 10 + (5 - 1) = 14

LIX = 50 + (10 - 1) = 50 + 9 = 59

CXLIV = 100 + (50 - 10) + (5 - 1) = 100 + 40 + 4 = 144

Berikut adalah tabel angka Romawi:

Cara mudah untuk menuliskan angka yang besar dalam angka Romawi ialah dengan menuliskan ribuan terlebih dahulu, ratusan, puluhan kemudian satuan. Contoh: angka 1988. Seribu adalah M, sembilan ratus adalah CM, delapan puluh adalah LXXX, delapan adalah VIII. Digabung: MCMLXXXVIII (ⅯⅭⅯⅬⅩⅩⅩⅤⅠⅠⅠ).

Masa pra-Romawi dan Romawi kuno

Meskipun angka Romawi ditulis dengan huruf-huruf dari abjad Romawi, angka Romawi awalnya adalah simbol-simbol yang berdiri sendiri. Etruskan, misalnya, menggunakan 𐌠, 𐌡, 𐌢, ⋔, 𐌚, dan ⊕ untuk menuliskan I, V, X, L, C, dan M, yang berarti hanya I dan X merupakan huruf-huruf dalam abjad mereka.

Salah satu hipotesis mengenai asal mula angka Romawi adalah bahwa angka Romawi Etruskan pada kenyataannya berasal dari torehan-torehan pada tongkat hitungan, yang digunakan oleh para penggembala Italia dan Dalmasia hingga abad ke-19.[2]

Oleh karena itu, (I) tidak berasal dari huruf (I), tetapi dari torehan vertikal pada tongkat hitungan. Setiap torehan kelipatan lima dipotong ganda, misalnya ⋀, ⋁, ⋋, ⋌, dst., dan setiap kelipatan sepuluh dipotong silang (X), (IIIIΛIIIIXIIIIΛIIIIXII...), lebih seperti tanda talli Eropa saat ini. Hal ini menghasilkan suatu sistem posisi: Delapan pada tongkat penghitungan adalah delapan talli, IIIIΛIII. Dengan cara lain, dapat disingkat menjadi ΛIII (atau VIII), karena kehadiran Λ mengimplikasikan telah ada empat torehan sebelumnya. Lebih jauh lagi, delapan belas adalah talli kedelapan setelah sepuluh talli pertama, yang dapat disingkat X, dan menjadi XΛIII. Demikian pula angka empat pada tongkat adalah torehan I sebelum potongan Λ (V), sehingga dapat ditulis menjadi IIII atau IΛ (IV). Oleh karena itu, konsep sistem ini bukan penambahan atau pengurangan, tetapi urutan (ordinal). Ketika talli-talli tersebut diubah menjadi tulisan, tanda-tanda yang mudah diidentifikasikan dengan huruf-huruf Romawi saat itu adalah I, V, dan X.

Dalam talli, V atau X yang kesepuluh menerima coretan tambahan. Sehingga, 50 ditulis dengan variasi-variasi seperti N, И, K, Ψ, ⋔, dll., tetapi mungkin yang paling sering adalah bentuk ceker ayam seperti V dan I yang tumpang tindih: ᗐ. Bentuk itu kemudian diluruskan menjadi ⊥ (huruf T terbalik) hingga periode kekuasaan Augustus, dan segera setelah itu diidentifikasi dengan huruf yang secara grafis menyerupai, yaitu L. Demikian pula, 100 ditulis dalam variasi-variasi Ж, ⋉, ⋈, H, atau dengan simbol-simbol untuk 50 seperti yang disebutkan di atas ditambah dengan sebuah coretan ekstra. Bentuk Ж (X dan I yang tumpang tindih) kemudian menjadi bentuk dominan. Bentuk itu lalu ditulis dengan variasi >I< atau ƆIC, kemudian disingkat menjadi Ɔ atau C, hingga akhirnya variasi C yang menjadi pilihan karena C merupakan singkatan dari centum, bahasa Latin untuk "ratus".

Angka Romawi at Wiktionary